Quotes

Writing is not like dancing or modeling; it’s not something where – if you missed it by age 19 – you’re finished. It’s never too late. Your writing will only get better as you get older and wiser - Elizabeth Gilbert

If you write something beautiful and important, and the right person somehow discovers it, they will clear room for you on the bookshelves of the world – at any age. At least try - Elizabeth Gilbert

I never promised the universe that I would write brilliantly; I only promised the universe that I would write. So I put my head down and sweated through it, as per my vows - Elizabeth Gilbert

I believe that – if you are serious about a life of writing, or indeed about any creative form of expression – that you should take on this work like a holy calling - Elizabeth Gilbert

The most beautiful things are those that madness prompts and reason writes - Andre Gide

I always start writing with a clean piece of paper and a dirty mind - Patrick Dennis

It is for this, partly, that I write. How can I know what I think unless I see what I write? - Erica Jong

When I say "work" I only mean writing. everything else is just odd jobs - Margaret Laurence

Writing is a way of talking without being interrupted - Jules Renard

When writing a novel a writer should create living people; people not characters. A character is a caricature - Ernest Hemingway

If writing is honest it cannot be separated from the man who wrote it - Tennessee Williams

I can shake off everything if I write; my sorrows disappear, my courage is reborn - Anne Frank

Anybody can write three-volume novel. it merely requires a complete ignorance of both life and literature - Oscar Wilde

Tuesday, November 29, 2011

The Delusion (Prolog)

The Delusion

Author: Hoshi Yutaka

Part: Prolog

Rating: PG

Genre: romance, slight humor

Pairing: too lazy to tell

Warnings: none

Disclaimer: you know, the usual…

Comments: this is the sequel of The Impression. This story is a little bit different than The Impression because the main character is an author of the novel she writes. So, in this story, there are also some lines she writes on her story. Yeah, I know. It’s complicated, and I already warned you, dude

Music: LMFAO feat. Natalia Kills – Champagne Showers

 ---

Baru pertama kalinya Judy Hunters masuk ke gedung kepolisian kota Grandfield yang cukup besar ini. hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah ia dimutasi dari kota tempat ia bekerja sebelumnya beberapa minggu yang lalu.

Judy Hunters adalah seorang profiler yang masih pemula, tapi cukup pintar dan kemampuannya semakin meningkat. Judy masih tidak mengerti kenapa atasannya memindahkannya ke kota kecil seperti ini di Amerika. Mungkin karena dia kurang pantas bekerja disana, atau kota ini membutuhkan seorang profiler seperti dia.

Seorang lelaki paruh baya yang usianya 20 tahun lebih tua daripadanya menyapa Judy saat dia masuk ke dalam. Judy tahu lelaki berjas hitam itu bernama Simon Greed yang menjadi atasan sekaligus supervisornya disini.

“selamat datang, Judy Hunters.” Sapa pria itu. “aku sedang tidak ingin berbasa-basi karena hari ini banyak kasus menumpuk. Lebih baik kuantarkan kau segera ke lantai tempat kau bisa bekerja.”

Bagus. Judy memang bukan tipe orang yang bisa berbasa-basi.

Mereka masuk ke dalam lift untuk membawa mereka ke lantai 3, lantai puncak gedung ini.

“menurutmu bagaimana gedung ini? pasti berbeda jauh dari New York.” Tanya Greed.

Tapi Judyt memilih untuk tidak menjawab. Karena gedung ini sama seperti gedung-gedung polisi lainnya. Abu-abu, membosankan, berbau asap rokok, suasananya sedikit mencekam karena banyak penjahat yang dibawa kesini untuk diinterogasi, dan orang-orangnya yang selalu berpakaian terlalu normal. Contohnya seperti Simon Greed ini.

“aku tidak tahu di New York kalian memakai pakaian apa saat bekerja. Tapi aku tidak ingin kau memakai jeans dan sneakers itu lagi besok.” Perintah Simon. Judy memperhatikan dirinya sendiri. Kaus berkerah berwarna hitam, celana jeans, sneakers Conversenya, dan rambut merahnya yang menyala karena pewarna rambut itu benar-benar mencolok.

“baik, pak…” Judy hanya menurut.

Setelah itu Simon tidak berkata apa-apa lagi. mereka sudah sampai di lantai 3, lantai ini hanya terdiri dari meja-meja kerja yang diberi sekat, dan beberapa ruangan khusus untuk opsir, dan ruangan untuk keperluan lainnya.

“kau lihat orang yang berambut cokelat itu?” Simon menunjuk seorang pria yang usianya sama seperti Judy, pria itu mengenakan kemeja putih yang tidak dimasukkan ke celana dan lengannya dilipat hingga siku, celana krem, dan dasinya berantakan.

“siapa dia?” tanya Judy.

“dia atasanmu. Kau akan satu tim dengannya. Dekati saja dia, dia sudah tahu kau akan datang hari ini.” setelah itu Simon begitu saja meninggalkan Judy berdiri di depan lift.

Judy menghela nafasnya. Lantai ini terdiri dari orang-orang yang sibuk berbicara di telepon, berkutat dengan tumpukan-tumpukan file kasus, atau hanya sekedar kumpulan polisi-polisi yang mengobrol dengan ditemani kopi dan donat sebagai snack mereka.

Judy berjalan mendekati pria yang Simon maksud tadi. Dia sedang duduk di atas meja dan asyik membaca file kasus. Dari wajahnya Judy tahu orang ini pasti menyebalkan.

“hai. Aku Judy Hunters. Kata Greed, kita satu tim.” Sapa Judy. “dan kau pasti…” Judy melihat ke papan nama yang ada di atas meja si pria. S. Williams

“oh.” Hanya itu reaksi si pria. Tanpa sedikit pun melihat Judy.

“bisa tidak kau sedikit lebih sopan?” pinta Judy.

“kau menyuruhku, anak baru?” pria itu akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Judy dengan tatapan sinis.

“anak baru?” Judy mengangkat alisnya.

“hh… sudah kuduga.” Si pria menutup file kasus yang dia baca dan menaruhnya sembarangan di meja kerjanya. “perkenalan singkat saja, aku Spencer. Mejamu ada disana.” Spencer menunjuk meja kosong di sebelah mejanya. Meja mereka dibatasi oleh sekat.

Judy pun melihat mejanya yang kosong itu. Tapi diatas meja sudah terdapat tumpukan beberapa file.

“ini filemu, Spencer?” Judy menunjuk file-file itu.

Spencer tertawa sarkastis sebelum menjawab, “tentu saja bukan, bodoh. Itu filemu. Yang harus kau bereskan sekarang juga.” Spencer kembali memasang ekspresi datar.

“baiklah…” Judy memutar matanya. “bos…”

Judy pun duduk di mejanya dan membuka file-file kasus itu. Walaupun dalam hati dia masih kesal pada Spencer Williams, atasan barunya yang menyebalkan itu.

No comments:

Post a Comment